Sabtu, 19 Desember 2009

Kisah itu( Sesion 2 )

Benar dengan semua pikiran jelek yang dari tadi terus menggangu otakku. Ketika aku menginjakkan kakiku memasuki ruangan seminar, sudah berdiri Pak Irwan di depan pintu.

“ Mampus gue,”kataku dalam hati.

Seakan-akan gerakkan kumisnya itu bikin aku ingin diterkam olehnya, aku hanya memaki diriku sendiri karena ketika rapat BEM kemarin dengan bangga aku mengajukkan diriku untuk menjadi penanggung jawab seminar hari ini. Padahal Laras sudah mengingatkanku agar aku tidak berurusan dengan Pak Irwan.

“ Ikut saya ke ruangan,” katanya dengan nada tegas.

******

Kira-kira setengah jam Pak Irwan menceramahiku dari A sampai dengan Z, aku hanya bisa tertunduk dan mengatakan maaf. Memang ini salahku, kenapa aku tidak bisa bangun pagi padahal alarm jam sudah aku set untuk membangunkanku jam 6 pagi. Dasar aku saja yang bodoh penyakit lamaku itu susah banget untuk dihilangkan bahkan Mama saja sudah give up menghadapi penyakitku ini.

“ Ikhhhhhhh bete banget hari ini,”kesalku.

Laras yang dari tadi melihat sahabat dari SMA itu hanya memandang dan mengerutkan alisnya. Laras tahu banget situasi saat ini, lebih baik diam dibandingkan komentar karena yang ada bukan bikin sahabatnya itu tenang tapi malah dirinya yang akan dijadikan sasaran empuk Mia buat mengeluarkan emosinya.

“ Akhhhh sial banget tuch Pak Irwan biasa aja keee marahnya jangan bawa-bawa nilai IPK gue yang anjlok semester ini,”kesalku.

Lagi... lagi.... ya memang Pak Irwan adalah satff dosen yang memegang dan menginput data nilai mahasiswa tapi bukan berarti dia tahu dan menghafal semua nilai aku. Wuaahhhh !!!!

“ Mie....,”kata seseorang memanggil namanku dari arah belakang.

Sebodo amad aku lagi ga mood di panggil-panggil, aku terus menggerutu karena kesialan aku hari ini. Oh.... Tuhan mimpi apa gue semalem sampe ngalamin kejadian bertubi-tubi kaya gini.

“ Mie.... Jeffry tuch,”kata Laras sambil menyenggol tanganku.

“ Aghhhh bodo ah gue lagi kesel banget,” kataku tak memperdulikannya.

Tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundakku, dan langsung menutup mataku dengan kedua tangannya yang besar dan halus. Aku tahu bau parfum ini, seseorang yang selalu bisa bikin aku nyaman di dekatnya, senyumannya dan postur tubuhnya yang sispek bikin aku selalu menganguminya. Wuahhhhh hanya sebatas mengagumi ga ada salahnya kan hehehe.

Sebuah tangan menoyol kepalaku, hingga aku baru menyadarinya kalau aku sudah senyum-senyum sendiri ketika Jeffry menutup mataku dengan kedua tangannya.

“ Aghhhh sialan loe Ras,”kesalku.

“ Hmmmm giliran ada jeffry aja berubah dech yang tadi’nya kaya harimau betina yang kelaperan eh sekarang berubah jadi sok angel gara-gara ada pawangnya hahahahaha,”ledek Laras padaku yang seketika itu wajahku dan wajah Jeffry langsung memerah karena perkataannya.

“ Apaan sich loe,hehehehe,”kataku sambil senyum-senyum sendiri.

Memang, aku dan jeffry belum punya status apa-apa tetapi yang aku dengar dari anak-anak BEM Jeffry memang lagi PDKT denganku. Awalnya aku ga percaya orang sekeren dan seganteng Jeffry suka sama aku yang selebor, ceroboh, dan suka mandi kodok ini hehehe. Tapi, disyukurin aja lah jarang-jarang kan aku disukaiin sama Jeffry yang kelasnya di atas aku.

“ Kenapa senyum-senyum sendiri lagi mikirin apa,?”kata Jeffry yang langsung memperhatikan aku.

Dipandangi seperti itu bikin aku jadi salah tingkah dan wajahku langsung memerah di buatnya.

“ Oh... Tuhan senyum pipitnya itu loh ughhhh ga nahan hahahahaha,”kataku dalam hati.

“ Hahahahahahahah pegangin Jeff nanti Mia bisa terbang,”ledek Laras yang langsung tertawa melihat salah tingkahku.

“ Sialan loe,”kataku.

Jeffry langsung tertawa melihat tingkah lakuku yang terlihat salah tingkah di dekatnya.

“ Sial, dia tahu lagi gue salting argggghhhh awas loe Ras gue tendang loh ikhhhhh malu banget dech,”kataku bergumam dalam hatiku.

“ Hmmmm loe udah makan belum Mie...,”tanyanya padaku.

“ Aihh aihhhh belum chayank makana gue berharap loe ngajakin gue candilight dinner,” harapku dalam hati.

“ Hahahahaha ga usah ditawarin Jeff emang dia pastinya nungguiin loe ko hahahaha,” Ledek Laras.

“ LARAS !!” teriakku.

Aku mengejar Laras yang sudah berlari meghindari jitakanku, Ughhhh pokoknya ga ampun lagi dech Ras gue jitak loe !!!!. Jeffry hanya mengelengkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lakuku yang seperti anak kecil. Tapi, karena itu cowo sekelas Jeffry yang notabennya mampu menggaet cewe-cewe yang supermodel malah tertarik sama aku yang biasa-biasa aja. Wualah piye toh !!!.

Suara Vidi aldiano dengan lagunya Pelangi di Malam Hari terdengar jelas di telingaku. Sebuah privat number di layar hendphoneku. Aku duduk di depan beranda rumahku dan mengangkat telfon itu.

“ Syapa ya,”pikirku.

Kenapa jadi deg-degan gini ya, aneh !!!.

“ Hallo,”kataku.

“ Hallo,”kata orang diseberang sana.

“ Syapa nich,”kataku.

“ Bener ini nomornya Almia Cinta Kirana,”katanya.

“ waduhhh dia tahu nama gue, siapa ya....,”kataku dalam hati.

“ Mank’na mo ngapaiin nyariin gue,”

“ Oh ini loe cewe yang ga punya sopan santun eh loe masih punya utang sama gue,” ketusnya.

“ Ikhhh sial siapa loe ga kenal langsung marah-marah aja sabar pak lagi masa PMS yak,”

“ Aghhh pokoknya gue ga mau tahu loe harus ganti semua kerugian gue,”

“ Waiiitt waitttt sabar loe siapa dulu gila gila gila gue harus ganti semua kerugian loe lagian emangnya gue ngapaiin loe ampe segitunya, nyantai bos,”balasku.

“ Ohhh emang loe ga lulus SD ya.... kasian amad udah ga punya sopan santun terus pikun lagi,”

“ Aihhhh sial loe ngataiin gue emangnya loe siapa punya hak buat bilang kaya gitu sama gue,”

“ Gue orang yang loe tabrak tadi pagi INGET loe !!!!”

“ Aihhhh mampus gue, kenapa tadi gue kasih kartu nama gue akhhhh sial gue dagh,” kataku dalam hati.

“ Besok gue tunggu di taman deket rumah loe jam 1 siang, ga pake ngaret,” katanya cepat.

“ Woyy tunggu dulu enak aja loe hm... besok besok besok gue ada kegiatan di kampus jadinya ga bisa,”kataku terbata-bata mencari alasan untuk bisa menghindari kesalahanku.

“ Aghh ga usah pake ngibul dech loe,mana ada kampus yang buka hari Minggu,”katanya.

“ Aghhhh MINGGU,”kataku kaget.

“ Mampus gue gimana coba,” kataku dalam hati.

Tuutututuuuuuttttt, sambungan telfon terputus begitu saja tanpa belum sempat aku mengakhiri dan memberikan alasan.

“ Sial, pke di matiin segala lagi wuahhh mati... mati gue MATIIIIII,”teriakku.

“ Miaaaaaa, udah malem teriak-teriak gitu,”teriak Mama dari bawah anak tangga.

Uppsss lupa kalo udah jam 10 malam. “ Maaf Ma”

Sinar Matahari yang terang seakan mencubit diriku agar segera bangun dari tidurku, semilir angin yang masuk dalam celah-celah ventilasi kamarku membuatku semakin menikmati tidurku walaupun aku baru tertidur pulas jam 3 pagi. Gara-gara cowo itu membuatku ga bisa tidur,aku sibuk mondar-mandir memuter otak untuk memberikan alasan pada cowo rese itu. Arrrggghhhhh sial !! biasanya hari Minggu begini aku bisa Hang Out sama temen-temen gara-gara cowo itu bisa bikin hari Mingguku seperti NERAKA !!!! awas aja kalau aku ketemu dia akan aku cincang dan aku gantung di patung taman.

“ Kusut amad sich anak Mama nech,”kata Mama sambil mencium pipiku.

“ Hmmmmm,”kataku pelan.

Di meja makan Ayah sedang asyik membolak-balikan korannya menikmati suatu berita yang menarik perhatiannya hingga dia lupa kalau makanannya sudah siap di hadapannya. Namanya juga Ayah ga bisa lepas dari koran dan berita nasional apalagi yang berkaitan dengan terorisme. Kata Ayah “ Terorisme itu harus di bantai,”. Hm, aku hanya bisa memadangi ayah yang sekarang di wajahnya sudah dipenuhi dengan kerutan di sekitar matanya. Ga berasa waktu berputar cepat sekali hingga aku sudah dewasa seperti ini.

“ Oh ya Mie, ada yang ngirimin kamu bunga tuch,” kata Mama yang langsung mengedipkan mata berusaha untuk menggodaku.

“ Masa sich Ma dari syapa tumben banget,”kataku.

“ Iya juga ya terakhir kamu dapat kiriman bunga kan dari Aie.....,” kata Mama yang langsung berhenti untuk melanjutkan perkataannya.

“ Mama,” kata Ayah tiba-tiba.

Aie... seharusnya nama itu tidak perlu lagi untuk disebutkan dihadapanku. 2 tahun sudah dia meninggalkanku hanya demi wanita itu, sudah 2 tahun juga semua aku lalui sendiri dan 2 tahun sudah aku berusaha untuk melupakan dan menghapus bayangannya dari ingatanku. Aku tidak ingin mengingatnya apalagi membuka lagi luka lama yang dulu, cukup sudah hatiku patah dan cukup sudah luka itu menganga lebar dihatiku. Masih teringat jelas dia lebih memilih wanita itu dibandingkan aku yang sudah menemaninya hingga 2,5 tahun. Dibelakangku dia ngeduaiin aku dengan wanita itu. Yah, lagipula apa yang aku lakukan ga akan penah bisa dia terima, karena hatinya bukan untukku. Dia hanya memberikan status palsu untukku. Cintanya hanya ilusi dan semu, kata-kata sayang dan janjinya hanya angan belaka. Kini, semua sudah pergi meninggalkan luka yang perih.

“ Ma... aku ke kamar dulu,” kataku sambil berjalan meninggalkan Ayah dan Mama.

“ Tapi, sayang ....,”

Ayah langsung menghalangi Mama yang berjalan untuk mengejarku.

Aku hanya bisa menangis sambil memeluk boneka pemberian dari dia, hanya itu yang aku punya dari kenangan terindah yang tertinggal. Aku sadar dia bukan milikku lagi, walaupun hatiku terasa sakit karena pengkhianatan itu tapi harus aku akui aku masih sayang dia. Walaupun dia tak pernah tahu itu, aku rindu akan dirinya yang selalu bisa membuatku merasa nyaman.

Hanya ada kata” Mengapa” yang selalu ada di kepalaku, sejuta pertanyaan memenuhi pikiranku. Kadang aku ga pernah mengerti tentang dirinya, aku menyayanginya dengan setulus hatiku tapi mengapa dia lebih memilih untuk kehilangan aku untuk selamanya. Semua udah aku serahkan padanya tapi itu ga bisa membuat dia tetap bisa bertahan disampingku. Katanya “ ini yang terbaik untukku” tapi mengapa dia memilih cewe itu. Adilkah ini untukku, aku bisa menerima dia dekat sama cewe manapun tapi mengapa dia harus dekat sama cewe selingkuhannya. Mengapa Aie ?

“ Ya Aie semua terbaik kan untuk aku, aku tahu itu.... aku ga akan ganggu kamu apalagi menyentuh kebahagiaan kamu biarkan semua kenangan itu hilang dengan sendirinya....“

Hanya aku yang tahu bagaimana sakitnya perasaanku, walau 2 tahun sudah aku berjuang keras untuk melupakannya tapi aku masih disini. Di tempat ini, walaupun dia tak pernah tahu itu.

Bersambung

*******

By : Fenny_aya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar